Hati Laksana Kuburan
Oleh: Diday Tea
Tanggal 17 November 2018 adalah salah satu tanggal keberuntungan untuk saya.
Hari Sabtu pagi kemarin, Saya sangat beruntung karena bisa menghadiri kajian bersama Ustadz Oemar Mitta yang diadakan di Fanar Building, Doha, Qatar.
Itulah salah satu keberuntungan kami orang Indonesia yang tinggal di Qatar, bisa lebih dekat menghadiri kajian-kajian dari ustadz kondang tanah air.
Tentunya masalah selfie dam bisa berfoto bersama dengan Ustadz-ustadz tersebut tidak akan saya sebutkan secara gamblang, karena walaupun saya bisa berfoto, tentunya sudah lebih banyak teman-teman saya di Qatar yang bisa lebih akrab dan lebih dekat dengan para ustadz tersebut.
Ustadz Khalid Basalamah, Ustadz Safiq Basalamah, Aa Gym, Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Felix Siauw, Ustadz Agus Setiawan, Ustadz Hanan Attaki, dan beberapa ustadz terkenal lainnya pernah berkunjung ke Qatar.
Setiap bulan Ramadhan pun IMSQA mengadakan safari kajian untuk komunitas Warga Indonesia di Qatar.
Pemerintah Qatar pun sangat mempermudah dengan memberikan fasilitas tempat yang sangat nyaman untuk kami peserta kajian.
Ada salah satu bagian dari ceramah Ustadz Oemar tentang seorang kakek-kakek yang sudah sangat sepuh, ingin menghafal Al-Qur’an, tapi ditolak secara halus oleh sang Syeikh di mesjid tersebut.
“Kenapa Kakek ingin menghafal Al Qur’an? Padahal Kakek sudah setua ini?” Syeikh bertanya sambil keheranan dan mungkin sedikit meragukan.
“Yaa Syeikh! Bukankah rumah yang di dalamnya tidak pernah dibacakan ayat-ayat Al Qur’an adalah seperti kuburan? Aku juga tidak ingin diriku seperti kuburan, yang tidak ada ayat-ayat Al Qur’an yang tersimpan di dalamnya!” Jawab si kakek dengan tegas dan yakin.
“Saya tidak ingin mati dengan kondisi hati saya seperti kuburan, kosong dari hafalan Al Qur’an!” Si Kakek berkata lagi dengan tegas.
Akhirnya syeikh mengabulkan keinginan kakek itu untuk menghafal.
Setiap hari dia dengan istiqomah dan penuh semangat menyetorkan hafalannya kepada Syeikh pengajar itu.
Dan secara luar biasa, ternyata hanya dalam waktu kurang tiga tahun saja dia sudah hafal tiga puluh juz Al Qur’an.
Allahuakbar!
Seharusnya kita-kita yang masih muda ini malu dan merasa tercambuk oleh kisah ini. Tidak ada kata terlambat.
Tidak ada orang yang sibuk. Yang ada hanyalah orang yang tidak bisa mengatur prioritas di dalam kehidupannya.
Berapapun usia anda sekarang, mulailah sekarang juga dengan niat dan tekad yang kuat, untuk menghafal Al Qur’an.
Hafalkan walaupun tidak hafal-hafal, karena insyaallah setiap detik perjuangan kita akan menjadi kebaikan di dunia dan akhirat nanti.
Hafalkan Al Qur’an sebagai rasa syukur kepada Allah yang masih memberikan kita kesehatan penglihatan dan kecemerlangan pikiran.
Semoga berhasil!