Di pagi hari yang cerah, tak berawan dan matahari pun baru saja muncul, dua orang laki-laki sedang asik sekali membahas sesuatu hal yang sangat seru, walau pun saya tentunya tidak tahu karena awal paragraf ini sebenarnya hanya untuk pembuka tulisan yang tidak begitu penting. Hehehe.
Tiba-tiba, salah satu dari mereka (maaf), mengeluarkan angin bertekanan rendah dari bagian belakangnya. Tentunya kalau saya sebut kentut akan menjadi terlalu vulgar.
Biasanya nih, kalau gas itu keluar dengan tekanan rendah akan tidak bersuara, dan akan memiliki aroma yang sangat tidak nyaman untuk dihirup alias berbau busuk khas Hidrogen Sulfida.
Dan yang pertama merasakan aroma terapi yang sangat tidak nyaman itu adalah sang pelaku, lalu orang terdekat pelaku.
Eh, tak disangka tak diduga, “korban” bukannya marah atau mengamuk karena diserang oleh aroma kentut itu.
Tapi dia malah memuji: ” Waaaaaw, kentut kamu harum sekali, laksana aroma bunga mawar mekar yang semerbak sekali!”
Dengan mata berbinar dan wajah yang terlihat sangat bahagia.
Si Pemilik Kentut tadi tentunya akan terheran-heran, tapi dia hanya terdiam dan membatin:”ah masa iya sih,kentut saya wangi? Perasaan baunya masih begitu-begitu saja, boro-boro wangi ah!”. Sambil matanya melirik ke sekitar tempat mereka duduk.
“Beneran loh, aku ngga bohong, kentut kamu wangi banget!” Si Korban, sebut saja Anu, kembali menegaskan pujiannya yang absurd itu. Dari wajahnya sih kelihatan tulus. Hehehe.
Si Pemilik Kentut itu kembali membatin: “ah, yang bener, ngga wangi ah. Tapi ko dia malah memuji wangi ya?”
Begitu terus sampai beberapa kali. Sampai akhirnya dia pura-pura setuju dan percaya bahwa kentutnya memang wangi harum semerbak laksana mawar merindu di kebun selaksa bunga. Halah. Lebay banget perumpamaannya ya?
Tanpa sadar dia menikmati pujian yang sebenarnya kita semua adalah palsu dan dusta belaka.
Kenapa? Ya karena pemilik kentut pasti lebih mengetahui bau asli kentutnya. Walaupun yang memuji dia adalah Presiden, tapi ngga akan membuat bau kentutnya menjadi wangi.
Begitu juga di kehidupan sehari-hari.
Betapa kita sangat menikmati pujian.
Pujian tentang apapun. Fisik kita, harta, kebahagiaan kita, kesholehan kita, atau apapun yang tampak dari luar orang lain, dan bisa menarik pujian.
Pujian itu laksana gas beracun.
Kita menikmatinya sambil berpura-pura tidak tahu kalau ternyata pujian dan kenyataan sangat jauh panggang daripada api.
Tapi bayangkan jika mereka mengetahui sedikit saja aib dan dosa yang kita sembunyikan habis-habisan dari siapapun itu.
Boro-boro memberi pujian, yang ada mereka mungkin ingin meludahi kita.
Ini juga adalah pengingat bagi saya untuk berlindung dari dibukanya aib dan dosa-dosa.
Na’udzubillaahi min dzaalik.
Doha, 2 November 2018
#30dwcjilid15 #day13