TERWUJUDNYA MIMPI SEWINDU

 

Tidak ada seorangpun penulis fiksi yang kusebutkan dalam kolom penulis favoritku, ketika aku berada di depan peserta Kelas Menulis Rumah Dunia Angkatan V.

Dengan terbata- bata dan sedikit gemetar karena gugup dan tergagap-gapap (seperti biasanya) aku menyebutkan penulis favoritku adalah Tony Buzan. Dan kujelaskan pada sekitar dua lusin peserta Kelas Menulis Rumah Dunia itu bahwa orang ini adalah orang yang menemukan konsep “Learning How To Learn”,konsep “Belajar Untuk Belajar”.

Dan setelah itu pun, belum kutentukan “jurusan” tulisan apa yang akan kugarap. Karena aku selalu mentok. Membuat cerpen, tidak pernah selesai. Membuat novel, hanya sebatas ide- ide belaka, yang pada akhirnya tidak pernah kueksekusi.

Titik balikku yang pertama dalam perjalanan menaklukkan dan membongkar belenggu dinding penghalangku untuk menulis adalah ketika entah bagaimana ceritanya, ketika Gol A Gong memintaku untuk menerjemahkan beberapa tulisannya ke dalam Bahasa Inggris.

Tidak banyak tulisannya yang aku terjemahkan, dan kebanyakan adalah tulisan-tulisan ringan. Tapi sangat berbobot.

Dengan menerjemahkan tulisan Gol A Gong, tanpa terasa aku serasa menjadi seorang Gol A Gong yang tulisan- tulisannya sangat lugas, tanpa basa- basi, tapi selalu membawa ide yang mencerahkan. Dan menginspirasi.

Tanpa sadar, proses membaca, dan menerjemahkan  tulisan-tulisan mas Gong itu menginstall dan mengupgrade kemampuan menulisku dengan sangat pesat.

Alhamdulillah, akhirnya karya fiksi pertamaku, judulnya “Cintaku Musnah di Penghujung Tahun” termasuk di kumpulan cerpen Gilalova 5. Fiksi yang setengah fiktif, karena sebenarnya itu adalah salah satu episode kehidupanku yang dibumbui dengan skenario fiktif. Hehehe. Bahasa kerennya Curcol in the Past. Curhat Colongan Masa Lalu.

Dengan bimbingan mas Gong juga, akhirnya aku dengan penuh kebanggaan bersyukur ketika Ibuku mengirim foto tulisanku “Menggiatkan Literasi Dari Luar Negeri” yang dipajang di Koran Tempo.

Dua pencapaian ini, ibarat super katalis, yang memicu ledakan energi menulis di kepalaku, untuk segera mewujudkan mimpiku menjadi penulis buku.

Akhirnya, tanggal 22 Oktober 2012, buku pertamaku telah terbit. Oase Kehidupan Dari Padang Pasir. Diterbitkan oleh Quanta Elexmedia, yang notabene adalah sebuah penerbit mayor di Indonesia.

Walau pun proses pembuatannya hanya dua atau tiga tahun, tapi proses inisiasinya membutuhkan waktu lebih dari delapan tahun terhitung sejak aku pertama kali berdiri di depan teman- teman Kelas Menulis dulu.

Tidak lama kemudian, tahun 2014,buku keduaku juga terbit: “Apa Yang Paling Berkesan Hari Ini?”,juga dari penerbit yang sama. Buku ini sempat masuk beberapa saat di kategori Best Seller di Gramedia Bandung.

Mimpiku selanjutnya adalah bukuku bersanding dan bertanding dengan buku-buku Tere Liye dan Habiburrahman El Shirazy.

Insyaallah. Aamiin!

Bermimpilah, tapi jangan hanya sekedar mimpi.

Tapi bermimpilah untuk mengejarnya secepat mungkin! Kejar sampai mimpi itu tertinggal jauh di belakang, terlibas oleh mimpi-mimpi baru nan dahsyat.

 

Diday Tea

11 April 2018

Doha, Qatar

Iklan