The Intangibles

Walaupun mirip-mirip dengan judul film keluarga superhero yang berjudul The Incredibles, tapi makna kata intangible sama sekali jauh dari incredible.

Terjemahan langsung intangible sih menurut mas Google adalah “tidak berwujud”.

Biasanya sih kita menilai kebahagiaan dari ukuran kebendaan duniawi. Karena itu memang yang nampak dan bisa kita lihat secara kasat mata.

Tapi, banyak hal yang sering kita lupakan. Kenikmatan luar biasa yang tidak akan bisa dibayar oleh uang berapapun. Keinginan untuk memiliki yang belum ada, seringkali menutup mata hati kita untuk sekedar menyadari satu hal.

Lebih banyak nikmat yang Allah beri tanpa kita pinta, dibanding yang kita minta.

Yang sederhana saja deh, dimulai dari tubuh kita.

Kita masih bernafas sampai detik ini saja itu sudah kenikmatan yang sangat besar.

Waktu bersama keluarga, pekerjaan yang nyaman, lingkungan yang enak, pasangan yang baik, anak-anak yang penurut, atau hanya sekedar bersin dan (maaf), buang angin, dan bisa menunaikan hajat kita ke toilet juga adalah contoh kenikmatan yang sering kita lupakan.

Luangkanlah waktu sejenak untuk merenung, dan menghitung.

Dan manfaatkan sebaik mungkin kenikmatan yang ada selagi belum Allah ambil, seperti hadits berikut:

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seseorang,

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara:
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.”

(HR. Al Hakim)

Doha, 31 Oktober 2018

Iklan

Bosan Itu Indah

Bosan Itu Indah

Oleh: Diday Tea

Siapa sih yang tidak pernah dihinggapi perasaan bosan belajar, bosan mengaji, bosan ketika terjebak rutinitas pekerjaan, bosan mencoba ketika kegagalan terus menghadang misi-misi kehidupan, dan bosan untuk segudang masalah lainnya?

Hampir dua dekade lalu saya mengikuti sebuah pelatihan kepemimpinan yang bernama Santri Siap Guna, di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung.

Yaa, pesantrennya Aa Gym deh untuk temen-temen yang belum tahu.

Ada satu bagian dari latihan yang kurang lebih bernama Mengatasi Kebosanan.

Beberapa jam, semua santri hanya belajar baris-berbaris, hadap hiri, hadap kanan, maju jalan dan gerakan-gerakan dasar baris-berbaris lainnya.

Kesan dan pesannya yaa sesuai dengan judul latihannya: Membosankan. Bayangkan saja, dari pagi sampai matahari mulai terik, yang kami lakukan ya begitu-begitu saja, selama beberapa minggu pertemuan pelatihan itu.

Itu pun kami baru mengetahui kalau ternyata setelah beberapa kali pertemuan, bahwa itu bukan hanya sekedar berlatih baris-berbaris.

Entah siapa pelatihnya waktu itu, tapi kurang lebih beliau menyampaikan salah satu teori tentang kepemimpinan.

Salah satu kekuatan mental yang harus dibangun oleh seseorang adalah kekuatan mengatasi kebosanan.

Law of repetition.

Hukum pengulangan.

Apa fungsinya?

Oh, banyak dan akan sangat bisa berguna dunia akherat.

Kemampuan mengatasi kebosanan bisa menjadi alat yang sangat kuat untuk belajar dan meraih kemampuan-kemampuan baru. Bisa menjadi pemicu untuk kebaikan-kebaikan di dalam hidup.

Orang yang cepat bosan biasanya jarang bisa mahir di dalam suatu keahlian, hanya sebatas hangat-hangat ayam goreng, sebentar dan langsung anyep dan rasanya menjadi kurang lezat dan kurang kremez.

Kemampuan melawan rasa bosan, bisa menjadi jembatan untuk melejitkan semangat kita untuk melakukan kebaikan-kebaikan.

Rutinitas tidak akan menjadi kebosanan jika kita mengubah paradigma kita.

Kapan pun anda bosan, anda harus gembira, karena itulah saat datangnya kesempatan untuk bertarung mengalahkannya.

Kemenangan insyaallah akan menjadi gerbang menuju kesuksesan, kekalahan melawan rasa bosan ya insyaallah akan menjadi jurang masa depan yang suram. Naudzubillahi min dzaalik.

Bosan itu indah, percaya deh!

Doha, 30 Oktober 2018

#30dwcjilid15 #squad7 #30dwc

Flow

Oleh: Diday Tea

Di dalam salah satu bukunya mas Hernowo, beliau pernah membahas tentang kondisi Flow.

Saya gambarkan dan tambahkan sedikit untuk membantu definisi kondisi tersebut sesuai pemahaman saya.

Kondisi flow adalah ketika seorang penulis sudah mencapai kondisi “mengalir”.

Kondisi ketika dia bisa menulis tanpa harus menunggu mood bagus, tanpa harus menunggu waktu luang, tanpa harus kesulitan menemukan media untuk menulis, tanpa harus memikirkan ide yang akan ditulis, tanpa harus berjuang dan bergulat dengan kemalasan dan keletihan.

Bener-bener mimpi setiap penulis deh.

Apa lawan dari Flow?

Ya yang biasanya kita sebut sebagai Writer’s Block.

Atau bahasa gampangnya: Mentok.

Itu juga yang membuat saya tidak bisa menyelesaikan satu pun naskah buku yang teronggok pasrah di dalam puluhan folder- folder di dalam komputer saya, dan puluhan ide tulisan di dalam daftar di Wunderlist.

Sudah hampir lima tahun sejak buku saya yang kedua, “Apa Yang Paling Berkesan Hari Ini?” diterbitkan oleh @quantabooks.

Sejak itu pula tidak ada naskah saya yang selesai baik fiksi atau non fiksi.

Dalam satu bulan, paling hanya satu atau dua tulisan yang selesai.

Selebihnya hanya tulisan sangat singkat di status WhatsApp atau Sebatas Caption pendek di postingan Instagram saya.

Tapi Alhamdulillah, setelah dikompori oleh mas @tonytrax_ dan membaca tulisan tentang Strong Why dari mas @rezky_passionwriter, saya berhasil memaksa diri untuk mencemplung ke group #30dwcjilid15, atau 30 Days Writing Challeng (#30dwc) untuk menjadi @pejuang30dwc.

Perlahan kondisi flow mulai terinstall ke dalam diri saya.

Sudah sembilan hari tidak pernah saya lewatkan kecuali ada tulisan yang selesai.

Tulisan inipun dibuat sepenuhnya hanya dari HP saya saja, langsung saya ketik hanya dengan dua jari saja.

Jempol kiri dan telunjuk kanan. Karena susah banget kalau menulis di layar sebesar enam inchi dengan sepuluh jari. Hehehe.

Dan tidak hanya selesai, tapi menurut saya insyaallah bisa bermanfaat untuk yang membacanya.

Dan satu lagi, jika saya bisa sampai menyelesaikan tiga puluh tulisan hingga akhir, tentunya sesuai target saya bergabung dengan #30dwcjilid15, sudah cukup untuk menyelesaikan naskah buku saya yang ketiga.

Semoga!

Doha, 29 Oktober 2019

Online Tapi Offline

Online tapi Offline

 

Oleh: Diday Tea

Orang awam seperti saya memiliki jadwal khusus untuk fokus melamun, padahal pada waktu ini tidak seharusnya kita melamun.

Jenis lamunannya banyak.

Dari masalah sehari-hari, kejadian yang baru timbul, warna baju yang dikenakan orang yang berada di depan kita, atau kekalahan menyakitkan game yang baru saja kita mainkan, dan baaaannnyyak hal yang lainnya.

Atau bahkan untuk mengkhayal hal-hal yang bersifat seratus persen lamunan, bisa berlarut dan berlanjut dari awal hingga selesai. Seperti bagaimana season lanjutan serial televisi yang baru kita tonton tadi siang, atau novel yang baru kita baca setengahnya di pagi hari.

Kapan sih? Kok bisa ada waktu melamun yang bisa fokus, tapi kita tidak ingin melamun di waktu itu?

Jawabannya, ya waktu di mana kita seharusnya tidak memikirkan apa pun selain yang kita lakukan saat itu: sholat.

Silakan hitung sendiri ketika kita mendirikan sholat, baik sendiri atau berjamaah ketika ada perasaan kaget di waktu salam terakhir, atau ketika duduk di tahiyyat terakhir.

“Eh, udah mau beres ya sholatnya?”

“Eh, udah mau salam lagi aja, ngga kerasa?”

Hadeuh, berarti tadi ngapain aja Mas, Mba???

Seperti online dengan Allah, tapi sesungguhnya kita offline. Sama sekali tidak ada koneksi dengan Sang Maha Pencipta selama sholat.

Di dalam salah satu ceramahnya, Ustadz Abdul Somad pernah ditanya tentang bagaimana agar bisa sholat dengan khusyu. Kalimat yang paling berkesan dari beliau kurang lebih bahwa sholat itu diibaratkan kita sedang berjalan di atas pematang sawah, sangat sulit untuk menjaga keseimbangan untuk berjalan lurus.

Ketika lintasan-lintasan pikiran timbul, itu seperti kita terjatuh dari pematang sawah itu. Solusinya ya setiap kita terjatuh, segera kita naik kembali ke atas pematang sawah sebisa mungkin, jangan terlalu lama dan terlarut dengan jatuh terlalu dalam dan terlalu lama.

Kata Aa Gym sih, sholat yang khusyu itu sudah dimulai bahkan sebelum sholat itu sendiri. Sejak kita mengambil wudhu derajat kekhusyuan sholat kita sudah bisa dilihat.

Kalau sejak mengambil wudhu tidak fokus, sambil mengobrol, sambil bercanda, terlalu banyak hal yang dipikirkan, ya hampir bisa dipastikan kalau sholat kita tidak akan pernah khusyu.

Mengerti bacaan sholat, dan terjemah ayat-ayat Al Qur’an yang kita baca juga akan sangat membantu meningkatkan kekhusyuan sholat.

Membuat waktu sholat sebagai waktu yang istimewa juga akan meningkatkan tingkat kekhusyuan sholat kita. Jika kita menganggap sholat hanya rutinitas kewajiban belaka, maka ketika sholat hingga selesai akan menghembus seperti angin lalu. Begitu singkat dan padat. Dalam pengertian yang negatif.

Mempersiapkan tempat yang terbaik, baju yang terbaik, setiap sholat memakai parfum, datang sebelum adzan berkumandang, adalah bagian dari perlakuan istimewa kita kepada ibadah yang akan pertama kali dihisab nanti.

Tapi, zaman ada satu hal yang menjadi distraction yang sangat kuat.

HP.

Itu adalah magnet yang sangat kuat untuk lintasan-lintasan pikiran pengganggu kekhusyuan sholat kita.

Matikan deh HP anda sejak sebelum wudhu. Simpan di tempat yang agak jauh dari tempat anda akan mendirikan sholat. Ingat ya, jangan hanya dibuat setting airplane mode, tapi matikan! Apalagi hanya disilent.

Atau level yang sangat lanjutan, yang tidak hanya mengganggu empunya HP, tapi juga mengganggu jamaah lainnya.

Terbayang kan jika ketika suasana hening, dan semua jamaah tiba-tiba harus mendengar suara notifikasi yang aneh-aneh atau ringtone lagu Korea?

Pasti rusuh deh satu mesjid.

Tidak ada ruginya jika selama sepuluh sampai lima belas menit kita tidak melihat tang ting tung notifikasi Whatsapp atau sosial media lainnya.

Coba deh  saran ini, karena yang saya rasakan efeknya sangat luar biasa. Lintasan-lintasan pikiran jauh lebih sedikit.

Seharusnya sebelum kedua tangan kita terangkat ke atas bersamaan dengan ucapan takbir, saat itu pulalah kita berhenti sejenak menjadi “manusia”, tapi sudah harus mulai total menjadi hamba Allah. Berinteraksi total dengan Allah, dengan sebatas kemampuan kita. Ya dengan mengerti bacaan sholat tadi.

Semoga kita bisa menambah kekhusyuan sholat kita seiring dengan berjalannya waktu dan berkurangnya umur kita.

 

Doha, 28 Oktober 2018

#30dwcjilid15 #day8 #30dwc

Enak Ngga Sih di Qatar?

Enak Ngga Sih DI Qatar

 

 

 

 

 

Oleh: Diday Tea

Walau pun sudah hampir sebelas tahun tinggal dan bekerja di negara yang berada di tengah gurun pasir Timur Tengah bernama Qatar, masih saja ada teman-teman yang bahkan tidak tahu Qatar itu di mana.

Entah nilai IPSnya sangat kurang atau ya memang kurang mendapatkan informasi mengenai satu-satunya negara yang namanya diawali oleh Huruf “Q”.

O iya, nama ibukotanya Doha, tempat salah satu ulama besar dunia, Dr. Yusuf Qaradhawi tinggal. Dan tempat di mana turnamen sepakbola terbesar di muka bumi, Piala Dunia 2022 akan digelar.

Enak ngga sih di Qatar?

Itu pertanyaan yang sering dilontarkan oleh siapa pun yang baru mengetahui kalau saya tinggal dan bekerja di Qatar.

Pertanyaan yang pendek tapi akan memerlukan jawaban yang sangat panjang.

Jadi tulisan ini semoga bisa menjawab pertanyaan tersebut dari sudut pandang saya, pekerjaan yang saya tekuni sekarang, dan kondisi terakhir saya sampai tulisan ini dibuat ya!

Suka duka kerja di Qatar?

Suka

Pertimbangan utama yang sangat manusiawi dan rasional bagi sebagian besar TKI seperti saya adalah ya tentunya masalah financial. Dengan posisi dan level pekerjaan yang sama, penghasilan di Qatar dan secara umum daerah Timur Tengah, jauh lebih besar dibanding dengan pekerjaan di Indonesia.

Apalagi setelah ternyata di kontrak dicantumkan bahwa saya boleh membawa keluarga.

Dan tidak hanya membawa keluarga saja, sejumlah fasilitas yang sangat jauh di atas kepuasan juga diberikan oleh perusahaan.

Biaya kesehatan seluruh anggota ditanggung oleh Perusahaan sampai empat anak.Biaya sekolah ditanggung oleh Perusahaan sampai dengan anak ke empat. Dan biaya sekolah di sini sangat mahal. Biaya sekolah anak saya yang baru kelas tiga SD saja hampir seratus juta rupiah per tahun, itu pun sekolah menengah, bukan sekolah elit.

Sistem Pendidikan di sini secara umum  ada tiga kurikulum. Kurikulum India, British/Amerika dan Lokal. Anak-anak saya bersekolah di sekolah Internasional, British Curriculum, tapi tetap berbasis Islam. Menghafal Al Qur’an alhamdulillah dimasukkan ke dalam kurikulum. Diwajibkan Sholat Zhuhur berjamaah. Ada sholat Dhuha Bersama, berdo’a Bersama. Sebelum masuk kelas ada do’a Bersama dimpimpin oleh ustadz/guru Agama khusus.

Ada dua bagian. Primary (kelas 1-6) dan Secondary (7-12).

Secara umum beban belajarnya tidak sebanyak seperti Indonesia. Primary (Setingkat SD di Indonesia hanya ada 13. Itu punsudah termasuk semacam Pelajaran Muatan Lokal seperti Arabic dan Qatar History.

Tidak ada ranking.

Suka tambahan lainnya adalah banyak waktu luang, karena jadwal shift yang umum untuk pekerja di dunia Petrokimia atau Oil & Gas seperti saya adalah empat  hari kerja dan empat hari libur. Sehingga saya memiliki banyak waktu untuk mempelajari hal-hal baru dan meneruskan hobi yang sudah saya tekuni sejak lama, menulis via blog atau website pribadi.

Alhamdulillah tulisan-tulisan itu telah berhasil menjadi beberapa buku:

  • Kumcer Gilalova 5, bergabung dengan penulis-penulis di Rumah Dunia.
  • Oase Kehidupan Dari Padang Pasir (Penerbit Quanta Elexmedia)
  • Apa Yang Paling Berkesan Hari Ini? (Penerbit Quanta Elexmedia).

Dengan waktu yang sangat luas itu, saya juga bisa menyempatkan waktu untuk mempelajari ilmu desain grafis. Dengan menggabungkan kedua skill itu, saya mulai rutin membuat materi dakwah yang dibuat ke dalam bentuk poster atau infografis, bisa dilihat di Instagram @didaytea, atau www.didaytea.com.

Saya juga  mempelajari fotografi, sampai alhamdulillah saya pernah mendapatkan medali perak dan perunggu di kontes fotografi internasional Al Thani Award dan mendapat hadiah puluhan juta Rupiah. Dua kali.

Yang paling tidak terasa tapi luar biasa itu ya akhirnya saya bisa menyelesaikan hutang kehidupan saya ketika akhirnya saya bisa mendapatkan gelar sarjana dari Universitas Terbuka UPBJJ Qatar.

Suka yang lainnya?

  • Dekat dengan Arab Saudi, bisa umroh dengan biaya murah. (Nah, ini dulu sebelum Qatar diblokade oleh beberapa negara tetangganya).
  • Tidak ada pajak, jadi harga barang elektronik dan Mobil sangat murah. Jadi bisa merasakan dan memiliki mobil yang harganya fantastis di Indonesia.
  • Wanita sangat terjaga di fasilitas umum.
  • Pandangan lebih terjaga, karena Pemerintah Qatar mengeluarkan aturan untuk berpakaian sopan di tempat umum.
  • Tidak ada kekhawatiran dengan makanan, karena pemerintah sangat ketat mengatur tentang peredaran dan pengaturan sanitasi makanan di Qatar. Jika ketahuan melanggar, siap-siap saja hukuman berat sudah menanti. Pernah ada salah satu jaringan supermarket besar ditutup hampir dua bulan karena terciduk menyimpan barang yang sudah kadaluwarsa.
  • Fasilitas kesehatan sangat baik dan sangat murah. Bahkan ekspatriat pun ditanggung oleh Pemerintah Qatar melalui program yang bernama Health Card. Sebagai ilustrasi, biaya lahiran di rumah sakit Pemerintah jika memiliki Health Card tadi hanya sekitar 4000 rupiah. Anak saya pernah Patah tulan, dan langsung mendapat perawatan maksimal. Dioperasi dan dirawat. Ketika check out hanya harus membayar biaya obat kira kira 8000 rupiah saja.
  • Ada rumah sakit emergency khusus untuk anak. Pediatric Emergency.
  • Qatar adalah tuan rumah rutin Moto GP.
  • Sering menjadi basecamp tim-tim sepakbola Eropa ketika sedang Winter Break. AC Milan, PSG, Byern Muenchen.
  • Banyak taman-taman yang sangat indah untuk keluarga. Dan Gratis.
  • Qatar akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Pembangunan sedang berjalan dengan sangat pesat. Sehingga ketika berkeliling di jalanan, selalu terasa seperti mengunjungi tempat baru. Jalan tol, Stadion, Fly Over, Mall terus bertambah setiap tahun.
  • Libur resmi ketika Idul Adha dan Idul Fitri sangat Panjang bisa satu minggu penuh.
  • Bulan Ramadhan, harga sembako akan disubsidi oleh Pemerintah. Jadi semua Supermarket menjual harga sembako jauh lebih murah dibanding bulan selain Ramadhan.
  • Makanan Indonesia sangat mudah didapatkan. Ada beberapa restoran Indonesia dan Supermarket yang menjual bahan makanan yang langsung diimpor dari Indonesia.
  • Dekat dengan Eropa dan Amerika. Jadi bisa berwisata ke sana dengan biaya yang jauh lebih murah jika dibandingkan dari Indonesia.
  • Birokrasi jauh lebih sederhana dibandingkan di Indonesia.
  • Wilayah Qatar sangat kecil. Dari ujung Selatan ke ujung Utara hanya dua jam menyetir.
  • Mesjid mesjid Besar memfasilitasi anak-anak untuk menghafal Al QUr’an dengan menyediakan ustadz-ustadz pengajar. Gratis. Disediakan jemputan.
  • Pengalaman baru, bertemu dan  bergaul dengan orang-orang multinasional dan multikultural.

Setelah seabrek suka yang sampai bisa membuat saya betah bekerja sampai hampir sebelas tahun itu, apakah ada dukanya? Ya jelas ada dong!

Walau pun sedikit, tapi ini bobotnya sangat berat, sehingga kadang saya sering memikirkan untuk pulang ke tanah air.

Begini nih dukanya.

Beberapa kali saya mendengar kabar ada orang tua teman yang meninggal, dan mereka tidak bisa mengejar waktu untuk melihat orang tua mereka untuk terakhir kalinya. Ya, karena jarak Doha ke Jakarta sangat jauh, bisa sembilan jam perjalanan. Apalagi yang rumahnya di luar pulau, tentunya akan lebih lama lagi.

Dan pastinya kesedihan akan berlipat ganda ketika hanya bisa melihat pusara orang tua.

Yang kedua, ini juga sangat sulit untuk ditanggulangi, yaitu cuaca.

Ketika musim panas (Mei-November) cuaca sangat panas. Suhu bisa mencapai lima puluh derajat. Di bulan Agustus-Oktober ada bonus tambahan yang datang bersama panas itu, yaitu  kelembapan yang sangat tinggi. Jadi seperti anda sedang menanak nasi sambil mengipas-ngipas nasi yang nmasih mengepulkan uapnya, ditambah dengan adik anda menyalakan hair dryer tepat ke wajah anda. “Ngaheab dan Bayeungyang”kalau istilah di dalam bahasa Sunda.

Di musim panas ini sangat berbahaya jika kita berada di luar rumah.

Ketika musim dingin tidak terlalu berat walau pun suhu bisa mencapai 10 derajat. Tapi ada waktu ketika angin dingin berhembus lebih kencang dan cuaca lebih dingin dari biasanya.

Di dalam satu tahun, ada dua bulan yang cuacanya sangat enak, sehingga anak- anak bisa bebas bermain di luar rumah dan taman-taman indah yang tersebar hampir di seluruh Qatar. Bulan pancaroba, peralihan antara musim dingin ke musim panas dan sebaliknya. Biasanya bulan November dan April.

Tetapi di waktu selain dua bulan itu, anak -anak hanya bisa bermain di dalam rumah atau ya tidak jauh dari mengelilingi taman bermain di pusat perbelanjaan atau Mall terdekat.

Anak-anak sangat kurang waktu bermain di luar rumah dan berinteraksi dengan alam.

Sangat sedikit teman yang mereka miliki selain teman-teman di sekolah dan TPA.

Yang lebih berat lagi di urusan keluarga di rumah harus berjuang sendiri, karena dengan penghasilan dan posisi saya bekerja saat ini sangat sulit untuk memiliki asisten rumah tangga.

Sehingga pasangan suami istri harus bekerjasama lebih erat untuk mengurus urusan anak-anak dari sekolah, mengaji, membantu mengerjakan PR, kegiatan di luar sekolah.

Terutama istri-istri. Jangan dikira mereka yang ikut suami tinggal di luar negeri itu sepenuhnya enak, malah jelas lebih melelahkan dan sangat menguras energi. Jadi waktu mudik yang biasanya satu tahun sekali adalah waktu yang sangat diidam-idamkan oleh para Ibu- ibu di sini.

Rindu tanah air dan keluarga. Ya wajar lah kalau kita rindu dengan keluarga.

Dengan koneksi internet yang sangat cepat di sini, media komunikasi dengan keluarga di Indonesia ya dengan Video Call.  Bisa setiap saat, walau pun tentunya harus mempertimbangkan perbedaan waktu di Qatar yang empat jam lebih lambat.

Pesan saya untuk temen- temen yang masih sekolah atau kuliah, ada satu skill yang harus kita miliki di zaman sekarang. Bahasa Inggris. Itu sangat penting untuk kehidupan. Akan menjadi nilai tambah jika menjadi pekerja atau pun pengusaha atau profesi apa pun.

Jangan pernah ragu untuk bisa bermimpi untuk merantau/bekerja di luar negeri. Karena insyaallah bisa membuat kita lebih bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, atau bahkan lebih besar lagi.

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan. Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang. (Imam Syafii)

Doha, 27 Oktober 2018

#day7 #30dwcjilid15 #squad7