Odojer Yang Gamer, atau Gamer Yang Odojer?

Sejak masih di Cilegon, saya adalah casual gamer, dalam arti hanya memainkan dua atau tiga game saja.

Di PC: Championship Manager/Football Manager (ini sudah tidak saya mainkan lagi), Call of Duty Series. Di PS4, ya tidak lain dan tidak bukan, FIFA 15, dan Need For Speed: Rivals.

Sebagai pembelaan diri yang ilmiah, menurut penelitian, bermain game dengan durasi yang pas, ternyata bisa meningkatkan kemampuan konsentrasi. Jadi untuk saya bisa jadi double manfaat. Hiburan iya, dan melatih otak saya juga jadi efek samping yang tidak bisa dinafikan.

Jujur sih, seringkali saya bermain terlalu lama. Kalau ada lawan yang tangguh, atau ada undangan turnamen.:D

Alhamdulillah, seiring dengan status saya yang “casual gamer” ini, sejak hampir dua tahun saya juga tetap punya status sebagai Odojer group 101 Qatar.

Setiap hari, minimal saya bisa mengaji satu juz Al Qur’an.

“Kamu masih ada waktu untuk maen game?” Pertanyaan yang sering saya dengar dari teman- teman saya?

Saya jawab pertanyaan itu dengan sederhana saja.

Di periode sejak saya menjadi casual gamer itu saya sudah menghasilkan puluhan tulisan yang diterbitkan menjadi dua buku.

Di periode itu juga saya bisa melatih kemampuan saya untuk membaca cepat, yang pada Allah takdirkan menjadi jalan untuk saya bisa mendapatkan pekerjaan di Qatar.

Dan Insyaallah kuliah saya di Universitas Terbuka dua semester lagi selesai.

Suatu saat, saya yakin bahwa saya pasti akan berhenti menjadi gamer. Tapi untuk saat ini, entah bagaimana saya merasa bahwa bermain game ini ada manfaatnya.

Sebenarnya tidak ada istilah sibuk. Yang ada hanyalah orang yang tidak bisa mengatur skala prioritas.

Work Hard. Play Hard. Pray So Much Harder!

Doha 16 May 2015.

Dual Shock vs iQuran