Idealisme Ideal

 

Allah Selalu Memberi Yang Terbaik 2Oleh: Diday Tea

 

IDEALISME DUNIAWI

Mungkin sudah banyak yang membahas rahasia sukses orang Jepang sehingga mereka menjadi salah satu negara maju dan berpengaruh di dunia. Tapi sekarang mungkin hanya mobil Jepang yang masih merajai pasar mobil dunia. Kalau pasar barang elektronik rumahan, dan apalagi telepon genggam, sudah beberapa tahun ini sudah dikuasai oleh China dan Korea. Bahkan Apple dan Samsung pun sebagian besar produknya diproduksi di China.

Saya juga pernah merasakan sendiri bekerja selama dua setengah tahun di salah satu perusahaan Jepang.

Bangsa Jepang seperti yang kita tahu, adalah bangsa yang sangat menghargai waktu.

Hampir tidak ada toleransi mengenai jam kerja. Di tempat saya bekerja itu ada bel setiap waktu masuk kerja, istirahat, dan jam pulang. Siap-siap saja diomeli oleh atasan jika bel sudah meraung-raung di seantero pabrik tapi belum menampakkan batang hidung kita di ruangan meeting.

Selain sangat peduli terhadap waktu, orang Jepang terkenal sangat idealis, dan sangat takut menghadapi kegagalan. Di Jepang, rekor bunuh diri.

Menurut data dari www.liputan6.com, Jepang mencatatkan rekor angka bunuh diri paling tinggi sepanjang sejarah pada 2003. Sebanyak 34.427 orang mati akibat bunuh diri pada tahun tersebut atau hampir 100 orang bunuh diri setiap harinya. Pada tahun 2004, jumlah bunuh diri di Jepang turun sekitar 2.000 orang, yaitu 32.325 dalam setahun. Setelah adanya kampanye pencegahan bunuh diri yang digalakkan pemerintah Jepang, angkanya memang menunjukkan penurunan.

Pada 2012, angka bunuh diri mencaapai 27.858 orang. Angka tersebut kembali turun menjadi 27.283 di 2013 dan turun kembali menjadi sekitar 25.000 di 2014. Sedangkan pada 2015, angkanya mencapai 24.025 orang. Meski terus menurun, tetap saja angka bunuh diri itu tergolong besar.

Berikut saya lampirkan informasi dari Muslimah.or.id.

Tahukah Anda, di negeri dengan penduduk yang terkenal dengan orang-orang workaholic atau mempunyai komitmen yang tinggi untuk bekerja sekalipun seperti Jepang ternyata memiliki 25 ribu gelandangan. Sejumlah 1.697 diantaranya berada di Tokyo. Mayoritas dilatar belakangi kegagalan. Ketika mereka mengalami kegagalan dalam sebuah rencana, mereka akan menghilangkan identitas dirinya dengan menjadi gelandangan; meninggalkan rumahnya, meninggalkan keluarganya karena mereka merasa malu dengan kegagalan yang dialami, bahkan sampai pada puncaknya ada diantara mereka yang sampai bunuh diri.

Hal ini terjadi karena mereka tidak memiliki tawakal dan mereka tidak tau konsep bagaimana ridha pada keputusan Allah subhanahu wata’ala dan hal itu berangkat karena mereka tidak memiliki Tuhan.

Miris. Begitulah jika dengan idealisme seperti itu akan sangat sulit untuk menerima kegagalan.

 

IDEALISME SEORANG MUSLIM

Nah, tau ngga kalau ternyata seorang Muslim itu dituntut untuk selalu idealis loh!

Rumusnya mungkin sering kita dengar dari ceramah-ceramah Aa Gym.

Luruskan niat. Sempurnakan ikhtiar. Tawakal.

Di mana bagian idealismenya?

Ya satu paket.

Apa pun misi seorang muslim, itu sudah memiliki nilai lebih sejak berniat. Dengan niat yang ikhlas, tentunya akan memberikan kita energi tambahan untuk melakukan ikhtiar yang sempurna, bukan ikhtiar atau usaha yang seadanya. Seorang Muslim akan selalu memberikan “Maximum Effort” atas apapun yang mereka lakukan, apapun peran mereka, apapun profesi mereka.

Pelajar akan belajar maksimal, pedagang akan berdagang sejujur mungkin, memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada pelanggan, seorang karyawan akan  bekerja selalu dengan sungguh-sungguh dan jujur, seorang guru akan selalu mengajar dengan sepenuh hati, dan sebagainya.

Kunci terakhir ya adalah tawakkal dan berserah diri kepada Allah jika ternyata hasil akhirnya tidak sesuai dengan target dan harapan.

Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan baginya jalan keluar dan memberi dia rezki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Alah, maka Dia itu cukup baginya” (Ath-Thalaq : 2-3)

Lalu seorang Muslim diberi prosedur Sabar dan Syukur.

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Dan senjata terakhir adalah ayat ini:

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah 2:216)

 

Allah Maha Mengetahui sedang kita tidak mengetahui.

 

Doha, 5 November 2018

 

 

 

Iklan