Tantangan sesungguhnya untuk shalat tarawih malam ini hari ini akhirnya saya hadapi juga.
Kalau kemarin saya dengan terpaksa menyetir ke tempat kerja. Tadi saya naik bis jemputan.
Keuntungannya sih bisa beristirahat di dalam bis, persiapan untuk sholat tarawih. Tapi bis baru meluncur ke arah Doha, jam enam dua puluh lima, sehingga paling cepat sampai di tempat pos jemputan saya jam setengah delapan. Itu pun kalau tidak macet.
Kerugiannya, jelas rugi waktu. Ketika menyetir kemarin, saya bisa keluar dari tempat kerja tepat jam enam atau kurang sedikit, sehinggasaya sudah tiba di rumah sebelum jam tujuh malam. Tadi saya tiba di rumah hampir jam delapan, sangat mepet dengan waktu Isya. Karena saya harus sholat magrib dulu di mesjid dekat tempat pos jemputan bis.
Lelahnya tubuh dan habisnya energi karena iftar (berbuka puasa) hanya beberapa butir kurma dan setengah botol minuman elektrolit yang dibekalkan istri saya tadi subuh hampir saja bisa menahan saya untuk tidak melangkahkan kaki saya ke mesjid.
Tapi saya sudah bertekad kalau Ramadhan tahun ini harus jauh lebih baik dari tahun kemarin.
Guyuran air shower yang panas tanpa memerlukan pemanas, karena di sini sedang musim panas langsung memulihkan hampir setengah energi di tubuh saya.
Cukup kuat untuk menghela kaki untuk melangkah membawa tubuh saya ke mesjid yang hanya berjarak seratus meter saja dari rumah saya.
Alhamdulillah, Allah telah memberi kekuatan.