Dunia di mata Seorang Kurcaci

Dunia di mata Seorang  Kurcaci

Bayangkan diri anda berada di sebuah rumah yang sangat besar. Semua barang yang ada di rumah tersebut berukuran dua kali lipat dari biasanya. Ketika anda duduk di kursi, anda perlu bantuan kursi yang lain untuk bisa naik ke atasnya. Ketika anda ingin mengambil remote TV di meja makan, anda harus memakai kursi atau bangku agar bisa meraihnya, karena semuanya terlalu tinggi, dan semuanya terlalu besar untuk ukuran badan anda.

Dan bayangkan betapa takutnya anda, ketika tiba-tiba dari dalam kamar, keluar manusia yang ukurannya hampir dua kali lipat tinggi badan anda. Dia terlihat sangat besar. Ketika dia berdiri di depan anda, kepala anda hanya  sedikit lebih tinggi di atas lututnya. Kaki orang ini sedemikian besarnya, sehingga hampir seukuran dengan badan anda. Tangan orang ini lebih besar dari paha anda. Wajah orang ini, bisa memenuhi wilayah perut anda.

Lalu bayangkan lagi takutnya anda ketika tiba-tiba orang ini mendekatkan mukanya kepada anda. Matanya melotot, terlihat sangat besar dibanding mata-anda yang sangat mungil. Lalu bayangkan betapa takutnya anda ketika orang ini tiba-tiba berteriak kepada anda dengan suara yang buat anda seperti petir menggelagar, tepat di depan muka anda: “Jangan Berisiiiiiik…!!! “ Sambil mengayunkan tangannya yang sebesar paha anda, memukul badan atau pantat anda berkali-kali. Setiap pukulan itu mendarat, pastinya terasa sangat menyakitkan, karena ukuran dan kekuatan tangan tersebut ketika memukul.

Sudah anda bisa bayangkan, betapa takut dan sakitnya anda ketika menghadapi momen seperti itu?

Dan tahukah anda? Ternyata ANAK ANDA hampir setiap hari menghadapi situasi seperti itu!

Untuk beberapa orang, mungkin baru menyadari bahwa anak mereka akan memiliki perasaan seperti itu ketika membaca tiga paragraf pertama tadi.

Ternyata, di mata anak kecil, untuk hidup dan tinggal bersama-sama dengan kita, orang dewasa, sudah merupakan “penderitaan” yang luar biasa.

Jangan ditanya jika ternyata anda adalah orangtua yang ringan tangan, suka memukul. Bayangkan berapa lama sakit akibat pukulan anda akan hilang. Atau anda orang tua yang suka membentak kepada anak? Bayangkan berapa lama, telinganya akan berdengung, karena bentakan dan teriakan anda.

Jika ya, segeralah minta maaf kepada anak anda, karena sudah bertahun-tahun anda membuat anak anda berada dalam kondisi ketakutan dan kesakitan yang luar biasa seperti yang anda bayangkan di perumpamaan tadi.

Inilah kesalahan besar yang sering dilakukan oleh para orangtua.

Moral dari kisah di atas, adalah, orangtua seringkali tidak tenggang rasa kepada anak-anaknya. Para orangtua menganggap bahwa mereka sedang berurusan dengan manusia yang seumur dan seukuran dengan mereka. Padahal, jelas tidak sama sekali.

Sering orang tua berteriak dan mengeluh: “Kenapa anak saya ngga pernah nurut sama orangtuanya? Kenapa mereka ngga ngerti-ngerti dengan nasihat orang tuanya?”.

Jawabannya:

Ternyata, bukan anak yang harus mengerti orang tua, tapi sebaliknya, orang tua yang harusnya mengerti dunia anak-anak. Karena orangtua sudah hidup jauh lebih lama dengan anak-anak.

Bermain tanah, buat kita akan terasa kotor dan menjijikkan. Tapi buat anak, adalah sesuatu yang menyenangkan.

Mengacak-ngacak rumah, buat mereka adalah keasyikan yang luar biasa, ketika di mata kita itu adalah hal yang menjengkelkan.

Menangis jika ingin sesuatu, buat mereka sahsah saja, karena mungkin hanya itu cara yang mereka tahu untuk meminta sesuatu.

Api yang buat kita bahaya, dan kita akan jauh-jauh darinya, buat mereka mungkin hal yang sangat menarik. Dan mereka tidak akan tahu bahayanya sampai mereka betul-betul terbakar.

Hampir setiap hal di dunia ini menyenangkan buat seorang anak kecil. Yaa..itu karena keterbatasan ilmu dan pengalaman hidup mereka di dunia ini.

Sangat lucu jika ada orangtua yang  “ingin dimengerti” oleh anaknya.

Ketika anak tidak bisa dilarang, mungkin karena “frekuensi” yang digunakan oleh orangtua kurang tepat.

Kalau tidak salah, proses pengharaman Khamr, tidak sekaligus dalam perintah instan, tapi secara bertahap. Dari sejak memberi pengertian bahwa Khamr lebih banyak mudharatnya dibanding manfaatnya, lau perintah jangan sholat ketika dalam pengaruh minuman, dan akhirnya, turunlah ayat yang menyatakan bahwa Khamr itu adalah haram dan termasuk perbuatan syetan.

Begitu juga kepada anak kita. Jika mereka kecanduan Facebook, game online, atau PSP, XBOX, Playstation, larangan kita akan cenderung tidak digubris, bahkan mereka akan cenderung melawan.

Jika kita terus ngotot dan tetap selalu memakai metode yang sama untuk melarang mereka. Mereka akan cederung mencari hal yang sama di luar rumah, mereka akan selalu mencari cara untuk bisa melakukan apa yang orang tua mereka larang.

Bagaimana jika caranya dibalik, ketika orang tua yang berusaha mengerti mereka. Atur “frekuensi” kita agar lebih nyambung dengan mereka. Jika mereka kecanduan Facebook, daripada langsung melarang dan bilang “Facebook Haraaamm!”, lebih baik tanya mereka, apa manfaat yang bisa mereka dapatkan. Atau arahkan mereka pada hal yang baik (jika ada) di Facebook, cari oleh anda sendiri, “terjun” langsung ke lapangan. Cari celah di mana akhirnya anda bisa memberi pengertian yang tepat kepada mereka.

Jika anak anda senang bermain game, arahkanlah pada game-game yang bisa melatih otak mereka. Jangan biarkan mereka bermain game GTA misalnya, yang penuh kekerasan dan sedikit “jorok”.

Biarkan mereka bermain game Racing, atau game-game yang bisa melatih otak mereka. Kalau perlu, anda juga ikut bermain game, kalahkan mereka dengan hukuman mereka tidak boleh dulu bermain game untuk jangka waktu tertentu. Atau belikan mereka Mind Games. Jangan ijinkan mereka bermain game yang lain jika mereka belum mencapai skor tertentu misalnya.

Selalulah upgrade pengetahuan anda walau sedikit, tentang dunia mereka. Agar kita bisa memiliki celah untuk menyamakan frekuensi kita dengan mereka.

Seperti layaknya gelombang radio yang baru nyambung jika frekuensinya sama, begitu juga layaknya antara anak dan orangtua.

Baca artikel-artikel tentang pendidikan anak dan psikologi untuk menambah pengetahuan anda tentang masalah-masalah mutakhir di dunia anak dan orangtua. Ikuti milis tentang dunia anak dan orangtua serta permasalahannya.

Pokoknya teruslah  menambah ilmu.

Bacalah!

Bacalah!

Bacalah!

Selamat menyamakan frekuensi!

Tulisan ini terinspirasi dari kisah yang dibawakan Aa Gym di salah satu ceramahnya.

Doha, 27 December 2009.

Didaytea

Iklan

Elemen-elemen Kemampuan Belajar (2)

Elemen-elemen Kemampuan Belajar (2)

Di tulisan saya sebelumnya, telah dibahas tentang elemen-elemen kemampuan belajar; membaca cepat dan efektif, kemampuan mengingat dan “merecall”dan kemampuan berpikir cepat dan logika yang  baik.

Berikut adalah “alat- alat” tambahan untuk menunjang elemen- elemen utama tadi.

  1. Menghitung cepat. Jangan biarkan anak anda tergantung dengan kalkulator. Usahakan mereka menghitung dengan cara “mencongak”. Atau fasilitasi mereka untuk belajar dengan menggunakan sempoa. Ada buku yang khusus untuk melatih kecepatan menghitung yang pernah saya baca:The Sharper Mind. Buku ini sudah ada edisi bahasa Indonesianya. Buku ini berisi tentang jalan pintas untuk proses-proses berhitung.
  2. Biarkan anak bermain game. Pada porsi yang tepat dan game yang tepat, bermain game, pada platform apa pun, bisa meningkatkan kualitas seorang anak, dari kemampuan berpikir cepat dan tepat (Who Has The Biggest Brain?), kemampuan manajerial (Farmville, Empire of Age, Football Manager, Championship Manager), kemampuan berkonsentrasi (Game- game racing, Formula One, Wipe Out, Dirt, dan masih banyak lagi), kemampuan strategis (Game sepak bola:FIFA, Pro Evolution Soccer).
  3. Maksimalkan internet. Gunakan lebih dari sekedar jejaring sosial dan chatting. Gunakan internet sebagai sumber ilmu dan tempat belajar untuk keluarga anda. Cari berita, update info terbaru di bidang pendidikan. Ajak anak untuk “berburu” pengetahuan bersama.
  4. Biasakan anak untuk menulis setiap hari, diary misalnya. Ini akan melatih koordinasi otak, pikiran dan perasaannya. Sehingga akan mempermudah proses untuk menerima ilmu pengetahuan keesokan harinya.
  5. Buat anak untuk berbagi pengetahuannya dengan orang lain tentang apa yang kita ketahui. Kita akan menyerap 90 persen dari hal yang kita ajarkan (Learning Revolution).
  6. Biasakan anak membaca Al Qur’an di akhir hari (sebelum tidur) dan di awal hari (setelah sholat subuh), untuk “mencerahkan” diri mereka.

Ketika anak sedang mengerjakan tugas atau belajar, iringi mereka dengan musik klasik untuk membuat mereka dalam kondisi waspada-relaks. Kondisi ini disebut adalah kondisi Alfa, dengan frekuensi gelombang otak 8- 12 cps (cycle per second). Kondisi ini di dalam buku Revolusi Cara Belajar disebut kondisi “WASPADA-RELAKS”. Musik klasik yang paling umum dibuat untuk mencapai kondisi ini adalah Handel: Water Music, dan Vivaldi: Four Seasons.

Selamat berjuang!

Didaytea