AR RASYIID: Yang Maha Tepat Tindakannya


AR RASYIID

Yang Maha Tepat Tindakannya

Kata “Ar Rasyiid, terambil dari kata yang terdiri dari rangkaian huruf-huruf ra’, syin, dan dal. Makna dasarnya adalah “ketepatan dan kelurusan jalan”. Dari sini lahir kata “Ruusyd” yang bagi manusia adalah “kesempurnaan akal dan jiwa”, yang menjadikannya mampu bersikap dan bertindak setepat mungkin. “Mursyid” adalah pemberi petunjuk/bimbingan yang tepat. Sementara pakar bahasa berpendapat bahwa kata ini mengandung makna kekuatan dan keteguhan. Dari sini kata “Rasyaadah” diartikan “batu karang”

Dalam Alquran kata “Rasyiid” ditemukan sebanyak tiga kali. Tidak satupun menunjuk kepada Allah SWT; kesemuanya menunjuk kepada manusia. Bentuk jamaknya, Raasyiduun, hanya ditemukan sekali, juga menunjuk kepada manusia. Namun demikian, ditemukan ayat yang dapat dipahami sebagai menunjuk bahwa sifat ini disandang oleh Allah SWT, yaitu firman-Nya, “Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang mursyidaa/pemimpin yang dapat member petunjuk kepadanya” (Q.s. Al-Kahfi 18:17).

Demikian juga firman-Nya yang mengabadikan do’a “Ashaab Alkahfi”, sekelompok pemuda yang menghindar dari kekejaman penguasa masanya dan ditidurkan Allah selama 309 tahun, “Wahai Tuhan (kami) berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan tunjukkanlah bagi kami Rasyadaa dalam urusan kami (jalan kemaslahatan untuk melakukannya)”.(Q.s. Al Kahfi 18:10).

Siapa yang menganugerahkan rasyadaa pastilah dia Rasyiid.

Menurut Imam Ghazali, Rasyiid adalah “Dia yang mengarahkan penanganan dan usahanya ke tujuan yang tepat, tanpa petunjuk, berupa pembenaran atau bimbingan dari siapapun”. Sifat ini hanya sempurna disandang oleh Allah SWT.

Sifat ini-menurut sementara ulama, mirip dengan sifat Hakiim, karena Al Hakim adalah yang menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, dan demikian pula Ar Rasyiid, yakni yang benar lagi tepat dalam perbuatannya serta lurus penanganannya. Namun keduanya berbeda, karena sifat rusyd yang disandang oleh Rasyiid memberi kesan terpenuhinya sifat ini dalam diri penyandangnya, bermula dari dirinya sebelum yang lain.

Manusia yang menyandang sifat ini dijelaskan oleh Q.s. Al-Hujurat 49:7 “Ketahuilah olehmu bahwa ditengah kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan, benar-benarlah kamu akan mendapat kesulitan, tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah Ar-Rasyidun yang benar lagi tepat dalam perbuatannya serta lurus penanganannya.

Ayat ini mengkonfirmasikan bahwa Ar-Rasyidun adalah mereka yang memperoleh anugerah Allah berupa rasa cinta kepada keimanan sehingga mentaati Rasulullah Saw dan konsisten dalam ketaatannya, disertai rasa kagum kepada beliau yang menghasilkan dorongan untuk meneladaninya. Mereka adalah yang menilai keimanan sebagai hiasan hidupnya, sehingga tidak ada sesuatu bagi mereka yang lebih indah dan berharga bahkan menyamai dan mendekati nilai keimanan. Di sisi lain mereka sangat benci kekufuran, yakni segala sesuatu yang menutupi kusucian fitrah dan kemurnian ahlak, juga kepada kefasiqan yaitu sikap dan ucapan yang dapat mengantar kepada pengingkaran agama dan terbebaskan pula dia dari kedurhakaan, yakni keengganan melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Demikian Al-Biqa’iy dalam tafsirnya menjelaskan ayat diatas.

Anda lihat bahwa sifat ini disandang oleh manusia atas bantuan Allah, karena itu tidak heran jika Allah SWT memerintahkan untuk menyampaikan bahwa, “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan kepadamu dan tidak (pula) rasyada”. Q.s. Al-Jin 72:21). Yang menganugerahkannya hanya Allah, atas pilihan dan kebijaksanaan-Nya, “Sesungguhnya telah kami anugerahkan kepada Ibrahim Rusyda-hu sebelum (Musa dan Harun) dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya.” (Q.s. Al-Anbiya 21:51). Nabi Musa pernah memohon melalui hamba Allah yang dianugerahi-Nya rusyda dengan berucap, “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepada rusydaa yang telah diajarkan (Allah) kepadamu?”. (Q.s. Al-Kahfi 18:66), namun Musa gagal dalam ujian yang diikutinya. Nabi Muhammad Saw dituntun agar berdoa, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat dari ini rusyda.” (Q.s. Al-Kahfi 18:24).

Jalan menuju rusyd jelas, “Sesungguhnya telah jelas Ar-Rusyd dari jalan yang sesat” (Q.s Al-Baqarah 2:256). Jinpun mengetahuinya, ucap mereka, “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur’an yang menkjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada Ar-rusyd, maka kamu beriman kepadanya” (Q.s Al-Jin 72:1-2). Karena itu pula bagi yang bermaksud meraihnya, Allah berpesan, “Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka yarsyudun (mengetahui yang benar dan manangani segala persoalan dengan tepat)” (Q.s. Al-Baqarah 2:186).

Mereka yang angkuh tidak mungkin menyandang sifat ini, karena “Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Allah) mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan Ar-rusyd, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya” (Q.s Al-araf 7:146). Mereka yang tidak bertaqwa, yang bergelimang dalam dosa yang tidak bermoral atau mempermalukan tuan rumah dihadapan tamunya, adalah orang-orang yang jauh dari sifat Ar-Rusyd (Q.s Hud 11:78). Demikian juga penguasa yang otoriter, durhaka lagi bejat (Q.s Hud 11:97). Kemampuan mengelola harta adalah tahap awal dan tanda pertama dari ada tidaknya sifat ini pada seseorang. Karena itu Allah memerintahkan kepada para wali yang diamanati harta anak yatim, “Ujilah anak yatim itu samapi mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah memiliki rusyd-an (yakni kemampuan memelihara dan mengelola harta dengan baik), maka serahkanlah kepada mereka harta-harta mereka” (Q.s An-Nisa’ 4:6).

Demikian ayat-ayat Al-Quran menggambarkan sifat ini bagi manusia. Mereka yang mampu menghiasi dirinya dengan tuntunan diatas, wajar untuk dinamai Rasyiid, sekaligus telah meneladani Allah dalam sifat-Nya ini, sesuai dengan kemampuannya sebagai makhluk. Demikian Wa Allah’ Alam.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s