Empat Tahun Aishaturaina

Nak,

Mulutmu sudah lancar meluncurkan puluhan kata “kenapa” dan “apa”
Menjadi sumber pembelajaran bagi kami

Kamu kuat mempertahankan pendapatmu
Menjadi godaan iman bagi kami

Bibir mungilmu sekarang sudah bisa berdebat hebat
Menjadi ujian kesabaran bagi orang tuamu

Nak,

Kamu semakin lucu
Kamu semakin cantik
Kamu semakin pintar
Kamu berlari lebih kencang
Kamu semakin cemerlang

Nak,

Perhiasan dunia kami semakin berkilau

Semoga engkau kelak menjadi permata dunia
Wanita yang sukses mulia dan bermanfaat
Istri yang sholehah
Ibu yang ahli syurga

Co-opetition: Working With Enemey

Di dunia marketing modern dikenal istilah Co-Opetition.

Pengertian kasarnya sih kurang lebih bekerja sama dengan pesaing, atau “Working with Enemy”.

Contoh:

1. Microsoft ternyata pernah punya saham yang lumayan besar (150 juta USD di Apple.

2. Samsung adalah pemasok terbesar display untuk produk- produk Apple.

3. Samsung dan Sony yang masih “bermusuhan” ternyata bekerjasama dalam sebuah joint venture untuk pembatan S-LCD pada tahun 2004.

4. LG- Philip melakukan hal yang sama dengan Samsung-Sony.

5. In the I&CT industry there is a jount-venture among Nokia, Ericsson, Motorola, and Psion called Symbian, which vision statement is “to set the standard for mobile wireless operating
systems and to enable a mass market for Wireless Information Devices.”

6. Coopetition between Apple Computer Inc. and Sony Corporation to manufacture Apple’s Powerbook computers.

7. Toyota-Daihatsu kerjasama mengembankan Avanza-Xenia.

8. An Apple® user can choose to use Microsoft Word® on his computer. A Microsoft operating system has access to iTunes®. Similarly, Apple® now uses Intel® microprocessors in many of its computers, making it a faster computer that competes with numerous PCs better.

9. Google funded Mozilla’s Firefox web browser, a rival of its Chrome, in order to limit the scope of influence of other rival browsers such as Microsoft’s Internet Explorer and Apple’s Safari.

10. Partai- partai yang notabene bermusuhan pada saat pemilu legislatif, berkoalisi pada saat pemilu presiden atau pemilukada.

Dan masih banyak contoh yang lainnya.

Asy Syakuur

 

Allah Asy Syakuur, Dia Maha Mensyukuri setiap kebaikan yang dilakukan hambaNya.

 Walau pun kebaikan itu kecil ,sedikit,  dan jauh dari sempurna, tapi Allah memberi banyak sekali.

  Allah menerima amalan yang kecil dengan balasan yang sangat besar.

 Imam Al Ghazali mengartikan Syakuur sebagai “Dia yang memberi balasan banyak terhadap pelaku kebaikan/ketaatan yang sedikit. Dia yang menganugerahkan kenikmatan yang tidak terbatas waktunya untuk amalan- amalan yang terhitung dengan hari- hari tertentu yang terbatas”.

 Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS Al Baqarah 2:261)

 Seperti besarnya balasan yang Allah berikan untuk mereka yang pergi sholat berjamaah ke mesjid: pahala yang berlipat ganda, setiap langkahnya mengugurkan dosa dan menaikkan derajat.

 “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.

 (Dari QS Al Ahqaaf 46: 15)

 

Diekstrak dari Kajian Asmaul Husna Aa Gym 

DIDAY INZAGHI

 

“Bekerja sama dengan orang- orang hebat, bukan hanya akan membawa kita ikut hebat, tapi juga akan memicu kita untuk menggali potensi diri yang terpendam”

Siapa Inzaghi?

Bagi penggemar bola sedunia, apalagi Milanisti, rasa- rasanya tidak mungkin jika tidak ada yang mengenal sosok Filipo Inzaghi.

Salah satu striker murni terbaik di dunia. Tipe pemain yang sudah punah di jaman pola 4-2-3-1 yang membutuhkan striker yang kuat dan tangguh, atau 4-3-3 false nine a la Barcelona yang membutuhkan kekuatan fisik yang luar biasa untuk terus menerus berlari dan bergerak mengacak- ngacak garis pertahanan lawan.

Dia masih menjadi satu-satunya pemain yang bisa mencetak gol di tiga kompetisi utama dalam satu musim: Liga Champions Eropa, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antar Klub.

Menjadi orang yang tepat di waktu yang tepat, dan mengandalkan instingnya yang luar biasa, hanya itu saja kelebihan Inzaghi. Disokong dengan para pengumpan luar biasa, menjadi pendongkrak yang luar biasa.

“Born Offside” adalah salah satu julukan dari pemain yang satu ini. Julukan yang diberikan karena dia mungkin adalah pemain yang lebih sering terperangkap offside dari pemain mana pun.

Bahkan ada yang menyebut Inzaghi ini sebenarnya tidak bisa bermain bola, dia hanya bisa berdiri di garis offside, menunggu bek- bek lawan lengah, berlari pada waktu yang tepat, dan menendang bola ke gawang.

Juggling pun tidak bisa.

Dia hanya sering sekali menjadi orang yang tepat di waktu yang tepat.

Ada satu hal yang mungkin luput dari pengamatan, yaitu faktor lingkungan dan rekan- rekan kerjanya di lapangan rumput.

Siapa pun yang bermain di depan Pirlo, Kaka, Seedorf dan “dilindungi” di lapangan oleh seorang Gennaro Gattuso, atau Edgar Davids, Zidane dan Del Piero pasti akan dimanjakan luar biasa oleh umpan- umpan yang sangat nikmat.

Final Liga Champions 2007 di Athena adalah gambaran sejati seorang Pippo Inzaghi.

Gol pertama sangat “Inzaghi” banget, berdiri di garis off side, menerima sodoran umpan, dan meliuk sedikit, gol.

Gol keduanya ke Gawang Liverpool di final Liga Champions, gol itu kan sebenarnya hanya pantulan dari tendangan bebas Pirlo yang mengenai dadanya dan membelokkan bola ke gawang Pepe Reina.

Karir Sepakbola SMK

Di dalam karir sepakbola saya sejak berseragam putih abu- abu sampai memakai coverall coklat muda sekarang, karakteristik saya sangat mirip dengan Inzaghi.

Entah di tahun ke-dua atau ke-tiga saya mengenakan seragam Putih Abu- abu, saya terpaksa harus menjadi striker di kompetisi sepakbola PORAK (Pekan Olahraga Antar Kelas) di sekolah.

Berhubung biasanya saya dipasang jadi pemain belakang, dan itu pun hanya sekedar menjadi pelengkap. Di kelas saya jumlah siswa laki- laki hanya sepertiga dari jumlah total siswa di kelas yang tiga puluh dua orang itu. Tidak ada lagi pemain.

Pada suatu ketika, ketika diadakan Pekan Olahraga Antar Kelas (PORAK), kelas saya kekurangan pemain.

Dipasanglah saya menjadi striker.

Dengan formasi striker tunggal, sayalah yang akhirnya dipasang menjadi striker tunggal di tengah lapangan beton sekolah.
Saya tidak mungkin bisa setangguh Diego Costa, Edinson Cavani, Drogba apalagi Ibra.

Akhirnya saya pilih lah, itu pun karena terpaksa, bermain dengan gaya Inzaghi, dengan selalu berdiri di dekat bek terakhir, dan menunggu kesempatan yang datang, serta “undangan”mencetak gol dari para gelandang.

“Pokoknya jadi striker gampang Day, kamu tunggu aja di depan tinggal nendang bola ke gawang deh. Sekali- kali bantu ke belakang kalau ada tendangan sudut ya!”

Itu saja yang dibilang oleh teman- teman satu tim saya.

Dan ternyata benar saja, dengan disokong tiga gelandang- gelandang yang termasuk gelandang terbaik di sekolah di belakang saya, pundi- pundi gol saya pun mengalir lancar.

Dari gol tendangan voli a la Van Basten, sundulan a la Bierhoff, atau gaya klasik “balap lari” menyambut umpan terobosan a la Sheva, sampai tentunya-yang paling sering terjadi- seperti golnya Inzaghi: nongkrong di depan gawang, lari- lari kecil, ada bola di depan, saya sodorin deh ke dalam gawang. Hehehe

Dan tahun itu pun kelas kami berhasil menjadi juara.

Yang lebih banyak berperan tentunya gelandang- gelandang di belakang saya yang memberikan “undangan”mencetak gol, bukan sekedar umpan. Karena kalau umpan, si striker harus berusaha untuk menceploskan bola ke gawang lawan.

Kalau “undangan” dari teman- teman saya di lapangan bola, saya tinggal menceploskan, tinggal loncat dikit untuk disundul, tinggal menghajar bola plastik yang pergerakannya sangat liar di atas lapangan beton itu.

Walhasil, ada beberapa, ya kurang lebih dua orang adik kelas, akhwat tentunya, yang menyatakan kekagumannya dengan gol- gol yang saya cetak.

“Si Akang meni hebat ih, meni jago maen bolanya, ngegolin aja!”

Pujian itulah yang saya dengar pertama dan terakhir selama saya bersekolah di SMK itu. Hehehe.

Hikmah:

Berada di lingkungan yang baik dan hebat, pasti akan memicu potensi diri kita lebih cepat dan lebih hebat juga.

Eh, mempunyai rekan satu tim yang hebat juga memunculkan potensi diri saya. Ternyata, dengan badan saya yang kurus kering kerontang dan beging, loncatan vertikal saya lebih tinggi dari rata- rata lawan bermain bola di sekolah.

Saya pun menjelma menjadi “Oliver Bierhoff” nya Analis Kimia. Yaa, walau pun gelar itu mungkin ada unsur bas-bis-bus, atau basa basi busuknya, tapi lumayan. Saya anggap apresiasi atas gol- gol yang saya cetak dengan sundulan.

Di dalam ruang lingkup yang lebih luas, begitulah seharusnya kita juga memilih lingkungan dan rekan- rekan kerja yang baik. Karena mereka bisa membentuk dan memicu diri kita untuk berkembang dan tumbuh lebih baik di setiap aspek kehidupan kita.

Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Seorang penjual minyak wangi bisa memberimu atau kamu membeli darinya, atau kamu bisa mendapatkan wanginya. Dan seorang pandai besi bisa membuat pakaianmu terbakar, atau kamu mendapat baunya yang tidak sedap.”
[Hadits Shahih, riwayat Bukhari (no. 5534), Muslim (no. 2638), Ahmad (no. 19163)]

http://www.didaytea.com
Doha, 27022014

 

Inferno

Setelah dari kemarin melesat cepat melalap 642 halaman Inferno-nya Dan Brown sampai lah saya pada kesimpulan bahwa novel ini sangat “Dan Brown”. Super super mirip dengan Da Vinci Code, Angel and Demons. Dengan cerita dan teka- teki yang berpusat kepada karya Dante Alighieri: The Divine Comedy dan Inferno, serta Topeng Kematian dari orang yang sama, Robert Langdon dalam pelarian menyusuri tempat- tempat  bersejarah dan karya- karya seni di Florence(Firenze), Venezia, dan Istanbul dengan (sedikit) penjelasan, yang membuat saya hampir selalu menanyakan kepada om Google, untuk mendapatkan gambaran seutuhnya tentang suasana tempat dia dan neng Sienna Brooks “dikejar- kejar” oleh agen- agen Konsorsium dan WHO.

Bagian terbaik dari novel ini adalah sampai bagian akhir novel,  belum bisa menebak seratus persen, siapakah penjahat sesungguhnya?

Bahkan Bertrand Zobrist pun tidak- benar- benar jahat jika kita melihat alasannya menyebar virus berbahaya dari  waduk kuno Yerebatan Sarayi(Istana Yang Tenggelam) tanpa pertimbangan kemanusiaan, hanya sekedar angka dan logika.

Apakah (Felicity) Sienna Brooks? Yang ternyata adalah bagian dari H+ dan ternyata juga kekasih Bertrand Zobrist?

Atau The Provost, Head of The Consortium dengan usaha “ilusi kehidupan”nya?