INGIN VS BUTUH


“Keinginan seringkali mengalahkan kebutuhan, jika kita tidak bisa menahan diri”

 

Lupa Antena

 

Di zaman sekarang, sangat jarang sekali orang rumah yang tidak ada televisi di dalamnya.

 

Ketika masih di Cilegon dulu, saya mengontrak rumah tipe 21.

Saya ingat betul suatu malam ketika saya melakukan perbuatan konyol, dan perbuatan konyol itu juga memancing saya untuk melakukan perbuatan konyol yang lainnya.

Malam itu adalah jadwal semi final Piala Dunia 2006 antara Italia vs Jerman. Tentunya kita sudah tahu bersama bahwa pada akhirnya Italia yang menang dengan dua gol Fabio Grosso dan Alessandro Del Piero di penghujung perpanjangan waktu. Akhirnya pun mereka berhasil menjadi juara dunia dengan susah payah mengalahkan Prancis dengan tos- tosan adu pinalti.

 

Walau pun saya sudah memiliki komputer, tapi saya belum mampu menghadirkan koneksi internet . Untuk up to date  dengan informasi saya harus menyengajakan diri pergi ke warnet atau membeli koran. Sehingga kadang- kadang hati ini merindukan acara- acara televisi. Terutama siaran berita dan siaran langsung sepakbola.

 

Setelah menghabiskan hampir seluruh energi di tubuh saya karena sudah bekerja seharian, saya malam itu meminta supir jemputan untuk menurunkan saya di depan Supermall Cilegon.

Untuk kepentingan menonton tim favorit saya Italia, saya malam itu berniat akan membeli TV Tuner. Karena dengan penghasilan yang pas- pasan untuk menutup biaya kuliah dan juga modal usaha dagang saya, saya belum mampu membeli Televisi. Cara mengakalinya agar murah ya dengan cara membeli TV Tuner untuk komputer saya.

 

Harganya hanya dua ratus lima puluh ribu, jauh lebih murah dibanding harus membeli Televisi 21 inch yang waktu itu masih berharga dua jutaan.

Dengan semangat empat lima, karena sudah membayangkan kemenangan Italia atas Jerman, saya tersenyum- senyum sendiri dipojok angkot berwarna ungu menuju rumah kontrakan saya. Pandangan mata saya tidak pernah lepas dari kantong plastik berwarna hitam yang berisi TV Tuner itu.

“Kiri Pak!” Ucap saya dengan lantang menggunakan password untuk menghentikan angkot.

Saya masih harus berjalan sekitar dua ratus meter dari tempat turun tadi ke rumah kontrakan saya. Dan masih saja, setiap ayunan kaki- kaki lelah yang membawa tubuh lemas saya, selama itu pula mata saya tertuju kepada si kantong plastik hitam.

 

Sesampainya di rumah pun tidak saya pedulikan tubuh saya yang lemah letih lunglai. Saya langsung bongkar CPU karena tidak sabar untuk memasang TV Tuner, agar nanti subuh bisa melihat tim favorit saya Italia beraksi mengalahkan Jerman.

 

Saya buka kotak kertas tempat TV Tuner, dan saya keluarkan buku mungil panduan pemasangannya.

 

Awalnya sih tidak ada yang salah, dan tidak ada yang susah. Karena cara memasang TV Tuner itu sangat mudah, hanya tinggal memasang beberapa baut pada slot yang tepat di motherboard, selesai deh

Tapi…

Ada hal kecil yang saya lupakan, dan saya juga tidak pernah terpikir sebelumnya, tapi ternyata menjadi masalah besar.

Saya lupa membeli antenanya!

 

Ternyata saya tidak tahu kalau ternyata TV Tuner itu hanya membuat layar monitor kita seperti  Televisi. Tetap memerlukan antena TV, UHF dan VHF seperti televisi pada umumnya.

 

Kegembiraan saya yang saya rasakan dari sejak membeli TV Tuner itu pun berubah seratus delapan puluh derajat.

Jika tidak ingat harganya, hampir saja saya lempar TV Tuner itu karena saking kesalnya menyesali kebodohan saya.

 

Waktu sudah jam setengah sepuluh malam, semua toko antena di Cilegon pasti sudah tidak ada yang buka lagi. Kalau pun saya cukup beruntung, saya sudah tidak mempunyai uang lagi untuk membeli antena, yang pasti harganya lumayan mahal.

Hampir setengah jam saya termenung, mareh menyesali kebodohan diri yang bisa melupakan hal sepenting itu.

 

Walau pun pada akhirnya saya bisa menyaksikan pertandinngan semi final itu, tapi tetap saja ada dongkol yang tersisa, ada kesal yang tertinggal di dalam hati.

 

Balas Dendam

 

            Entah setan dari mana, besoknya, sepulang kerja saya langsung bergegas menuju sebuah toko elektronik yang menyediakan fasilitas cicilan.

Dengan pertimbangan yang singkat, tanpa perhitungan yang matang, waktu itu saya memutuskan untuk menyicil sebuah televisi 21 inch dan sebuah DVD sebagai satu paket cicilan.

Saya harus mencicil kurang lebih tiga ratus ribu per bulan, selama satu tahun.

Secara hitung- hitungan kasar sih, memang neraca keuangan saya bergeser ke kiri, alias jadi minus.

Tapi, keinginan saya untuk tidak melewatkan final Piala Dunia yang melibatkan tim favorit saya Italia dengan nyaman dan sendirian di rumah, telah berhasil mengalahkan logika saya yang bertanya bagaimana uang cicilan itu akan bisa saya bayar? Ketika itu bisnis saya masih berjalan, jadi masih ada keuntungan sekitar dua ratus ribu per bulan. Uang keuntungan itulah yang saya rencanakan untuk menambal “lubang” di neraca keuangan saya karena menyicil televisi dan DVD player itu.

 

Tekor

 

            Ternyata, pada kenyataannya, keputusan saya itu malah mebuat kondisi keuangan semakin acak- acakan.

Hampir setiap bulan saya harus berhutang untuk bisa membayar cicilan.

Dua kali debt collector pernah mendatangi rumah saya untuk menagih, karena cicilan yang saya tunggak.

 

Yang konyolnya lagi, pembelian televisi dan DVD Player itu saya niatkan untuk menonton final Piala Dunia. Tapi pada akhirnya saya malah tidak bisa menontonnya karena harus lembur shift malam selama dua minggu.

Dan setelah final Piala Dunia itu pun lewat, kedua benda yang saya cicil itu jarang sekali saya pakai.

 

Paling sering saya tonton hari Sabtu atau minggu, itu pun jika tidak ada jadwal lembur atau jadwal kuliah, dan saya hanya diam saja di rumah, tidak berada di warnet hampir seharian seperti biasanya.

 

Keinginan sesaat yang didukung “alasan yang logis” yang tiba-tiba muncul akhirnya harus kubayar dengan penderitaan finansial selama setahun, bahkan lebih lama lagi.

 

 

Diday Tea

7 Juni 2013

http://www.didaytea.com

 

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s