Tidak sampai dua minggu aku berpisah dengan anak2 dan istriku. Semakin dekat waktu keberangkatanku ke Jakarta dari Doha International Airport ini, semakin memuncak kerinduanku kepada mereka bertiga.
Waktu menunggu boarding yang hanya kurang dari dua puluh menit lagi ini pun terasa sangat lama.
Karena kondisi kesehatan istriku, sehingga sampai dirawat dua minggu kemari itu, sebenernya sih sempat terpikir untuk membujang saja, dan aku bisa pulang 3 atau 4 kali dalam setahun.
Secara finansial sih memang tidak jauh berbeda, hampir tidak ada yang berkurang, karena ada variable- variable yang bisa diperhitungkan untuk menyeimbangkan neraca keuangan keluarga.
Yang paling sulit itu ya, menahan kerinduan. Sulit sekali untuk bisa berkonsentrasi penuh untuk apa pun yang aku lakukan ketika mereka tidak ada bersamaku di rumah.
Walau pun ketka bekerja, mereka tetap kutinggalkan di rumah, tapi tetap saja, momen jeritan kedua anak-anak yang lucu dan senyuman manis istriku selalu menyambut.
Melelehkan hati.
Dua minggu ini, setiap pulang kerja, yang menyambutku hanya kegelapan dan kekosongan, serta sedikit bau makanan basi dari meja makan nun jauh di dapur sana.
Sungguh hebat teman- temanku yang memutuskan untuk hidup sendiri di Doha, dan meninggalkan keluarganya di Indonesia.
Mereka memiliki ketabahan tingkat tinggi.
Jujur saja, aku mah tidak sanggup sama sekali untuk jauh- jauh dari mereka. Setidaknya sampai anak- anak sudah bisa mandiri, dan sudah punya ” teritori sendiri di kehidupan mereka.
Semoga istriku segera dipulihkan dari segala penyakitnya dan Allah memberi kesehatan, agar kami sekeluarga tidak usah lagi berpisan seperti dua minggu ini.
Doha International Airport, 240220132141
(Menjelang boarding ke pesawat)