Nasihat Orang Shalih

Nasihat Orang Shalih
Abu Bakar ra berkata:
“ Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas dari salah satu empat sifat yang membinasakan, yaitu: ia akan mati dan hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu dibelanjakan bukan pada tempatnya, atau hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang zalim, atau hartanya menjadi rebutan orang-orang jahat dan akan dipergunakan untuk kejahatan pula, atau ada kalanya harta itu akan dicuri dan dipergunakan secara berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna. “

Umar bin Khatab ra berkata:
“ Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina. Orang yang mencintai akhirat, dunia pasti menyertainya. Barang siapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga. “

Utsman bin Affan ra berkata:
“ Tanda-tanda orang yang bijaksana itu diantaranya ialah: hatinya selalu berniat suci, lidahnya selalu basah dengan dzikrullah, kedua matanya selalu menangis karena penyesalan (terhadap dosa), segala perkara dihadapinya dengan sabar dan tabah, mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia.”

Ali bin Abi Thalib ra berkata:
“ Tiada shalat yang sempurna tanpa jiwa yang khusyuk, tiada puasa yang sempurna tanpa mencegah diri dari perbuatan yang sia-sia. Tiada kebaikan bagi pembaca Al-Quran tanpa mengambil pengajaran daripadanya, tiada kebaikan bagi orang yang berilmu tanpa memiliki sifat wara, tiada kebaikan mengambil teman tanpa saling menyayangi, nikmat yang paling baik ialah nikmat yang kekal dimiliki, doa yang paling sempurna ialah doa yang dilandasi keikhlasan, barang siapa yang banyak bicara, maka banyak pula salahnya, siapa yang banyak salahnya, maka hilanglah harga dirinya, siapa yang hilang harga dirinya, berarti dia tidak wara, sedang orang yang tidak wara itu berarti hatinya mati.”

RISIKO LENTERA KEHIDUPAN

RISIKO LENTERA KEHIDUPAN

Seorang pria berlayar menyeberangi Selat Sunda dalam rangka mudik ke kampung halamannya. Ia mengalami mabuk laut yang parah dan mengurung diri didalam kamar. Hingga suatu malam ia mendengar teriakan, “Ada orang jatuh ke laut!”.

Akan tetapi, ia merasa bahwa tidak ada yang dapat ia lakukan untuk memberikan pertolongan. Kemudian ia berkata kepada dirinya sendiri yang tengah mengalami mabuk laut tersebut, “Setidaknya saya dapat menaruh lentera pada tingkap di sisi kapal!”.

Lalu ia berusaha berdiri dan menggantungkan lenteranya. Keesokan harinya dia mendengar bagaimana orang yang berhasil diselamatkan tersebut berkata, “Saya nyaris tenggelam di tengah gelapnya malam. Namun, pada saat yang tepat,seseorang menaruh sebuah lentera pada tingkap di sisi kapal. Ketika lentera itu menyinari tangan saya, seorang pelaut yang ada di sekoci menangkap tangan saya dan menarik saya masuk kedalam sekocinya.”

Teringat akan yang diungkapkan KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) tentang konsep 3Mnya untuk mengubah diri dalam rangka mengubah dunia, yaitu Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang kecil dan Mulai dari sekarang juga.

Hidup akan terasa lebih hidup dan bermakna bukan karena hal-hal yang besar, melainkan dari hal-hal kecil yang dikerjakan dengan jiwa besar. Cahaya kehidupan abadi bukan nampak dari kemilau harta yang dimiliki, bukan pula dari indahnya tahta kedudukan yang dipunyai seseorang atau deretan gelar yang disandang. Cahaya kehidupan abadi justru dimulai dari lentera kecil yang ada dalam diri yang menyala dalam ketulusan memberi pertolongan pada orang lain dalam segala kekurangan dan kecukupannya.

Lentera kehidupan bukan berarti selalu member kebaikan kepada orang-orang yang baik dengan kita. Memberi pertolongan kepada orang yang sepaham, sealiran dan sependapat dengan kita adalah hal yang biasa. Namun, memberi pertolongan dengan dasar cinta kasih kepada orang-orang yang justru membenci kita, yang berbeda dan tidak sepaham dengan kita merupakan nilai tertinggi dari lentera kehidupan tersebut.

Seorang senior yang sangat bijak dan rendah hati, sungguh pun memiliki jabatan yang tinggi, pernah bertutur, “Harta saya yang abadi itu adalah yang saya berikan pada orang lain.”

Pernyataan yang menunjukan implementasi nilai-nilai spiritual yang tinggi itu, memberikan inspirasi dan dorongan bahwa apa yang kita miliki saat ini adalah titipan dan sebagian milik orang lain. Inspirasi yangmemperkokoh keyakinan bahwa semua yang kita mliki saat ini tidaklah abadi. Hidup semata-mata adalah menjadi saluran berkah bagi orang lain.

Ketika lentera menyala bukan berarti tidak ada resiko-paling tidak resiko tertiup angin dan padam. Resiko terberat yang dirasakan seseorang ketika member pertolongan kepada orang lain, bukanlah semata-mata akibatnya harta yang berkurang atau tenaga dan waktu yang tersita, melainkan mempertaruhkan harga diri dan gengsi. Menyalakan lentera kehidupan berarti rela turun dengan rendah hati untuk sama-sama sederajat dengan orang yang ditolong untuk kemudian secara bersama-sama membawanya terbang tinggi.

Hambatan utama dalam menyalakan lentera kehidupan justru datang dari dalam diri sendiri yang tidak mau keluar (in side out) memperhatikan dan menolong orang lain. Dr. Lyndon pernah menyatakan bahwa orang yang menaklukkan orang lain adalah orang kuat, sedangkan orang yang menaklukan dirinya sendiri adalah orang yang berkekuatan dahsyat..

Berbicara mengenai resiko, akan sendi-sendi kita yang berjalan tanpa resiko. Tertawa berarti mengambil resiko kelihatan tolol. Menangis berarti mengambil resiko kelihatan sentimental. Mengulurkan tangan kepada orang lain berarti mengambil resiko terlibat. Menunjukkan perasaan berarti mengambil resiko menunjukan diri sejati kita.memberitahukan ide-ide dan impian kita didepan banyak orang berarti mengambil resiko kalah. Hidup berarti mengambil resiko mati. Berharap berarti mengambil resiko putus asa. Mencoba berarti mengambil resiko gagal.

Keberanian yang mengambil resiko moderat untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain, perusahaan, dan masyarakat merupakan awal yang baik untuk memulai hidup yang baru dengan menyalakan lentera kehidupan. Tidak dapat dipungkiri, begitu komitmen ini mulai dibangun, maka pada saat yang bersamaan pula rasa takut datang untuk menghambat laju komitmen tersebut. Berani berarti melawan rasa takut, menguasai rasa takut. Bukannya tidak merasa takut. Lebih baik mengambil resiko sekarang daripada selalu hidup dalam ketakutan.

Teringat apa yang diungkapkan KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) tentang konsep 3M-nya untuk mengubah diri dalam rangka mengubah dunia, yaitu Mulai dari yang kecil, Mulai dari diri sendiri, dan Mulai dari sekarang juga.

Kehidupan yang paling menyedihkan adalah ketidakberanian mengambil resiko sekecil apapun (safety player). Orang yang tidak mau mengambil resiko berarti dia tidak dapat meraih apa pun, tidak memiliki apa pun, tidak merasakan apa pun dan akhirnya tidak menjadi siapa-siapa. Nyalakanlah lentera kehidupanmu dengan resiko apa pun, besok mungkin sudah terlambat dan padam.

(Parlindungan Marpaung, Setengah Isi Setengah Kosong)

Sikap Seorang Imam Sejati

Sikap Seorang Imam Sejati

Karena mengharapkan pahala berjamaah yang 27 kali lipat dibandingkan dengan sholat yang sendirian, maka para sahabat berduyun-duyun menjadi makmum di belakang Muadz bin Jabal untuk mengerjakan sholat Isya.

Sebagai imam, Muadz ingin menunjukkan kebolehannya. Ia membaca surat Al Baqarah sampai tamat pada rakaat yang pertama agar pahalanya lebih besar. Semua sahabat yang makmum mendongkol dalam hati mereka, karena surat Al Baqarah panjang sekali, sehingga kaki segenap jamaah gemetaran akibat terlalu lama berdiri.

Selesai rakaat yang pertama, para sahabat menyangka dan mengharap mudah-mudahan yang akan dibaca pada rakaat kedua surat yang pendek saja. Ternyata tidak. Muadz mengumandangkan ayat yang pertama dari surat Ali Imran sampai ayat terakhir. Kaki para makmum tambah menggeletar karena terlalu penat.

Sesudah salam, mereka berhamburan keluar dengan muka kecut. Bayangkan, shalat dimulai sekitar jam delapan, baru selesai jam sebelas malam.

Esoknya mereka mengadu kepada Nabi SAW. Tentang sholat Isya semalam yang telah membikin mereka kehabisan tenaga. Nabi pun segera memanggil Muadz. Sahabat ini menyangka Nabi akan memujinya, ternyata tidak. Ia malah memperingatkan supaya bila berdiri di muka jamaah selaku imam, hendalah shalatnya diringankan, jangan terlalu lama, tetapi juga jangan terlalu cepat. Sebab di antara makmum ada orang tua, ada yang askit, dan ada pula yang sedang terlibat oleh suatu urusan. Hal ini untuk menjaga agar makmum tidak membenci imamnya.

Nabi SAW pernah mengatakan bahwa barang siapa yang menjadi pemimpin suatu jamaah, sedangkan jamaah itu tidak suka kepadanya, maka shalat imam tersebut tidak akan naik melebihi batas kepalanya. Oleh karena itu, Nabi SAW mengatur melalui shalat jamaah supaya imam dan makmum, pemimpin dan yang dipimpin, sama-sama mentaati peraturan shalat. Kepatuhan makmum kepada imambukanlah ketaatan membabibuta dengan melihat siapa imamnya, melainkan kedisiplinan terhadap hokum yang disepakati bersama.

Karena itu, jika imam salah atau keliru, makmum harus memperingatkannya dengan cara yang dibolehkan oleh peraturan shalat jamaah. Dan semua gerakan imam yang termaktub dalam peraturan harus ditaati dan diikuti, siapapun imamnya. Dan siapapun makmumnya. Sebaliknya, pada gerakan imam yag bersifat pribadi, para makmum dilarang untuk mengikutinya, misalnya menggaruk-garuk kepala atau bersin.

(Dari 30 Kisah Teladan)

HIKMAH ALLAH

HIKMAH ALLAH

Pada suatu hari, sepsang suami istri sedang makan bersama di rumahnya. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk seorang pengemis. Melihat keadaan si pengemis itu, si istri merasa terharu dan ia bermaksud hendak memberikan sesuatu. Tetapi sebelumnya dia bertanya terlebih dahulu kepada suaminya, “Wahai suamiku, bolehkah aku memberikan makanan kepada pengemis itu?”Tetapi suaminya dengan suara lantang dan kasar menjawab, “ tidak usah! Usir saja dia, dan tutup kembali pintunya!”

Pada suatu hari yang naas, perdagangan lelaki ini jatuh bangkrut dan ia menderita banyak hutang. Rumah tangganya pun berantakan sehingga terjadilah perceraian. Tak lama setelah itu bekas istrinya menikah lagi dengan seorang pedagang di kota. Pada suatu hari ketika ia sedang makan dengan suaminya yang baru, tiba-tiba ia mendengar pintu rumahnya diketuk orang. Setelah pintu dibuka ternyata tamu tak diundang itu adalah seorang pengemis yang sangat mengharukan hati wanita itu. Maka wanita itu berkata kepada suaminya, ”wahai suamiku, bolehka aku memberikan sesuatu kepada pengemis ini!” Suaminya menjawab, “berilah makan pengemis itu!”

Setelah member makan pengemis itu, istrinya masuk ke dalam sambil menangis. Suaminya dengan perasaan heran bertanya kepada istrinya, “Mengapa engkau menangis? Apakah engkau menangis karena aku menyuruhmu memberikan daging ayam kepada pengemis itu?” Wanita itu menggeleng kepala, lalu berkata dengan nada sedih sambil terisak-isak menahan tangis, “wahai suamiku, aku sedih dengan perjalanan takdir yang sangat menakjubkan hatiku.Tahukah engkau siapa pengemis itu? Dia adalah suamiku yang pertama dahulu.” Mendengar keterangan istrinya demikian, sang suami sedikit terkejut, tapi segera ia balik bertanya, “dan engkau, tahukah engkau siapakah aku yang kini jadi suamimu ini? Aku adalah pengemis yang dulu diusirnya!”
Lembaran Jum’at Ummul Quro

Kemampuan Manajemen Diri

Kemampuan Manajemen Diri

Kemampuan yang mungkin anda perlukan untuk mencapai keteraturan hidup (al hayatul munazhamah) :
1. Menerima ide orang lain, berlapang dada dan bersikap objektif.
2. Mengelola tukar pikiran, sangat baik untuk mengumpulkan banyak kemungkinan dan banyak ide.
3. Selalu lebih kreatif untuk mencari solusi baru dalam memecahkan masalah.
4. Menyeleksi alternatif dan mengembangkannya untuk mencari solusi.
5. Mengatasi kerumitan dalam pekerjaan dengan melakukan pengelompokan dan penentuan skala prioritas.
6. Berpikir cepat, praktis, dan taktis.
7. Mengembangkan kemampuan pola piker helicopter, yaitu memiliki banyak pandangan, wawasan dan sudut pandang dalam berbagai masalah.
8. Mandiri, berusaha sekuat mungkin untuk tidak menjadi beban bagi orang lain.
9. Memahami cara dan pola terbaik untuk belajar.
10. Memiliki keterampilan membuat kurikulum pribadi, belajar cepat, dan belajar mandiri.

Di edit dari SHOOT (Sharpening Our Concept and Tools), by TRUSTCO, Asy Syamiil